Bagaimana Menjadi Orang tua yang Bijaksana

Menjadi orangtua bijaksana memang tidak mudah.Apalagi ketika menghadapi keinginan anak yang tidak sejalan dengan harapan kita.Terlebih lagi jika orangtua menganggap dirinya sebagai makhluk yang selalu benar dan lebih paham dengan masa depan anak.
Sehingga, keadaan semacam ini sering menjadi pemicu konflik antara orangtua dan anak.Anak merasa keinginannya tidak dihargai oleh orangtuanya.Sedangkan, orangtua menganggap bahwa mereka menyayangi anaknya sehingga perlu membantu mereka dalam membuat keputusan.
Lantas, bagaimana menjadi orang tua yang bijaksana sesuai dengan dambaan anak?
Bagaimana menjadi orang tua bijaksana yang tetap memegang prinsip, tapi tidak melukai harapan anak?
Berikut adalah beberapa tips yang perlu Anda terapkan
1.Memahami Konsep Pengasuhan
Seperti yang pernah dibahas, memasukkan anak ke pesantren atau sekolah berbasis pendidikan karakter, bukan berarti kita lepas tangan terhadap proses pengasuhan.Memasukkan anak ke sekolah agama bukan berarti kita telah mendidik mereka secara agama.Hal ini terjadi karena banyak orangtua yang tidak paham konsep pengasuhan anak yang sebenarnya.
Pengasuhan adalah proses mendidik dan membentuk karakter, melatih kontrol diri dan mengajarkan perilaku yang diinginkan.Tugas utama tersebut tidak bisa dilimpahkan kepada pihak lain seperti, kakek dan nenek, babysitter, sekolah atau asrama.Melainkan, menjadi tanggung jawab orangtua.Konsep pengasuhan sendiri harus mencakup 3 hal yakni, pengasuhan yang baik, penuh cinta dan kasih sayang serta berkualitas.Ciri dari pengasuhan penuh cinta dan kasih sayang adalah anak tumbuh menjadi pribadi yang percaya diri.
Hal ini dikarenakan citra dirinya dibentuk oleh orangtua yang mencurahkan kasih sayang dan menghargai setiap pilihan anaknya.Ciri dari pengasuhan yang baik, anak akan tumbuh menjadi pribadi yang bertanggung jawab terhadap masa depannya.Karena ia ditempa oleh orangtua yang lebih mengutamakan proses daripada hasil.Orangtua cenderung membiarkan anak untuk mencoba mengatasi masalahnya sendiri, tentu saja tetap dengan arahan dari orangtua.Sedangkan, ciri dari pengasuhan berkualitas, anak akan tumbuh sehat dan seimbang secara psikologis dan fisik.
Dengan memahami konsep pengasuhan, orangtua seharusnya sadar bahwa tanggung jawab penuh ada di tangan kita.Bukan hanya sosok ibu, tapi ayah pun harus ikut andil dalam prosesnya.Baik ayah maupun ibu harus memiliki cara pandang yang sama terhadap proses pengasuhan.
Ingat!!!
Masa depan anak di kemudian hari sangat tergantung dari tanggung jawab orangtua terhadap tubuh, pikiran, jiwa, keimanan dan kesejahteraan mereka di hari ini.
2.Memahami Tujuan Pengasuhan
Dengan menetapkan tujuan pengasuhan sama dengan Anda telah mampu menjawab pertanyaan bagaimana menjadi orang tua yang bijaksana.Karena dari sinilah semuanya terbentuk.Tanpa tujuan, Anda dan pasangan hanya akan berputar-putar di siklus yang membingungkan.Seperti yang kebanyakan terjadi, pasangan muda mengikutsertakan anaknya yang masih batita ke playgroup.Dengan tujuan menstimulasi kemampuan bersosial atau supaya anak menjadi pintar dalam hal akademis.
Setelah masuk ke sekolah dasar, anak akan diikutkan kursus beberapa mata pelajaran.Mereka berharap anak menjadi pintar secara akademis hingga mengabaikan aspek penting lain yang juga wajib dikembangkan oleh orangtua. Misalnya, kecerdasan emosi dan spiritual.
Banyak orangtua yang tidak paham, mau dibawa kemana anak ini?Alih-alih menikmati proses pengasuhan layaknya air mengalir, kita tidak pernah menyelidiki kemana arus air ini akan membawanya?
Kami sangat menyarankan kepada orangtua bijak Indonesia untuk merumuskan tujuan pengasuhan sejak anak masih dalam kandungan.Tujuan ini akan membantu ayah dan ibu untuk memilih pendekatan apa yang digunakan dalam proses pengasuhan hingga kegiatan apa yang perlu diprioritaskan.
Tujuan pengasuhan yang baik adalah menyelaraskan kondisi anak dan harapan dari orangtua.Sebagai contoh, ada orangtua muda yang mendatangi kantor kami untuk meminta bantuan dalam merumuskan tujuan pengasuhan.
Ayahnya adalah seorang pengusaha dalam bidang Furniture, sedangkan ibunya fokus untuk mengurus rumah tangga.Orangtua muda ini berharap anaknya kelak menjadi seorang pengusaha yang jujur, bertanggung jawab dan bermanfaat bagi banyak orang.
Dari harapan itulah, kemudian kami membimbing mereka dalam merumuskan pola asuh, karakter apa yang perlu dikembangkan, model pendidikan seperti apa yang cocok untuk anaknya, bagaimana menanamkan prinsip-prinsip kehidupan yang sesuai dengan tujuan mereka, kalimat seperti apa yang boleh dan tidak boleh diucapkan di depan anak dan sebagainya.
Bukankah membuat kerangka semacam ini memudahkan kita dalam mengasuh anak-anak?
Namun, perhatikan juga kondisi anak Anda.Analisalah, kemampuan dan kecenderungannya terhadap harapan Anda.
3.Menetapkan Pola Asuh yang Tepat
Proses pengasuhan yang konsisten dari waktu ke waktu akan membentuk sebuah pola.Dan, pola inilah yang disebut dengan pola asuh.Yang termasuk dalam pola asuh adalah sikap orangtua dalam memperlakukan anaknya.
Bagaimana gaya orangtua dalam berbicara dengan anak dan bagaimana orangtua menyikapi prestasi atau kesalahan anak.Secara umum, ilmu parenting mengenal 4 pola asuh yakni, otoriter, permisif, demokratis dan diabaikan.Pola asuh otoriter memaksa anak untuk mengikuti keinginan orangtua dengan mengabaikan perasaan anak.Jika tidak patuh, orangtua cenderung memberikan hukuman kepada anak.
Kebalikan dari pola asuh otoriter adalah pola asuh permisif dimana orangtua tidak memberikan batasan apapun terhadap anaknya.Semua hal adalah baik untuk anak karena orangtua tidak menuntut dan tidak memiliki kontrol terhadap anak.Demokratis menjadi pola asuh yang menjawab pertanyaan bagaimana menjadi orang tua yang bijaksana.Karena orangtua menghargai kepentingan dan kecenderungan anak, tapi tetap mengontrol tingkah lakunya secara tegas.Sedangkan pola asuh diabaikan adalah menunjukkan ketidakpedulian terhadap anak.Orangtua tidak mengambil sikap serta tidak menetapkan batasan-batasan tertentu yang harus dipatuhi anak.
4.Tidak Ada Sekolah Menjadi Orangtua
Banyaknya kasus kegagalan orangtua dalam mengasuh anak, seharusnya bisa menjadi pelajaran bagi kita untuk lebih waspada.Berbagai kendala yang muncul pun sebenarnya bukan hanya datang dari anak kita.Melainkan, dari kita sendiri yang belum paham bagaimana menjadi orang tua yang bijaksana dan belum memutuskan tujuan pengasuhan.Memang tidak ada sekolah untuk bagaimana menjadi orang tua yang bijaksana, tapi Anda bisa belajar dari berbagai hal.
Seperti buku, sumber-sumber internet, berkaca terhadap pola asuh yang diterapkan oleh orang tua Anda dulu, sharing pengalaman dengan sesama orang tua atau mengikuti pelatihan parenting.