Keterlambatan Mencapai Tahap Perkembangan kognitif Operational

Permasalahan ini merupakan suatu perilaku ketidakmampuan remaja dalam mencapai tahap perkembangan operasional formal yaitu kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia. Sebagian remaja masih berada pada pada tahap perkembangan berpikir sebelumnya yaitu tahapan operasional kongkrit, dimana pola pikir yang digunakan masih sangat sederhana, dan belum mampu melihat masalah dari berbagai dimensi.
Jika keterlambatan perkembangan tahapan ini tidak dilatih/diperbaiki maka akan berlanjut hingga dewasa, dimana seseorang tidak mempunyai keterampilan berfikir dan masih menggunakan penalaran dari operasional kongkrit. Masalah pola pikir ini sering terjadi pada remaja-remaja di negara berkembang dan negara terbelakang.
Keterlambatan mencapai tahap perkembangan kognitif operasional ini kemungkinan disebabkan:
- Pola asuh orang tua yang cenderung masih memperlakukan remaja sebagai anak-anak, sehingga remaja tidak memiliki keleluasan dalam memenuhi tugas perkembangan sesuai dengan usia dan mentalnya.
- Sistem pendidikan yang selalu menggunakan metode satu arah ( ceramah), tidak melatih anak berpikir dan berpendapat.
- Kurangnya perhatian guru dan orang tua pada tahap perkembangan berpikir remaja.
Untuk menangani permasalahan ini, maka sebaiknya:
- Pentingnya memberikan pemahaman kepada anak tentang tugas-tugas perkembangan pada remaja secara normal dan memotivasinya untuk mencapai hal itu.
- Mendorong anak untuk bercita-cita secara realistik, dan tidak kecewa akan prestasi yang telah dicapai tetapi berusaha memperbaikinya.
- Ajak remaja berdiskusi tentang banyak hal, mempelajari dan mengembangkan konsep-konsep sederhana menjadi lebih komplit, hargai perbedaan perndapatnya.
- Libatkan remaja dalam menyelesaikan suatu permasalahan, biarkan ia berfikir secara bebas hargai ide dan pendapatnya, meskipun ide tersebut tidak realistik untuk diterapkan dan tidak ada hasil yang siginifikan bila ide tersebut dilaksanakan.
Dimensi Moral
- Remaja tidak lagi menerima hasil pemikiran yang kaku, sederhana, dan absolut yang diberikan pada mereka selama ini tanpa bantahan.
- Remaja mulai mempertanyakan keabsahan pemikiran yang ada dan mempertimbangan lebih banyak alternatif lainnya.
- Remaja akan lebih banyak melakukan pengamatan keluar dan membandingkannya dengan hal-hal yang selama ini diajarkan dan ditanamkan kepadanya.
- Konflik nilai dalam diri remaja ini lambat laun akan menjadi sebuah masalah besar, jika remaja tidak menemukan jalan keluarnya.
Dimensi Psikologis
Perubahan mood (swing) yang drastis pada para remaja ini seringkali dikarenakan beban pekerjaan rumah, pekerjaan sekolah, atau kegiatan sehari-hari di rumah. Meski mood remaja yang mudah berubah-ubah dengan cepat, hal tersebut belum tentu merupakan gejala atau masalah psikologis. Dalam hal kesadaran diri, pada masa remaja para remaja mengalami perubahan yang dramatis dalam kesadaran diri mereka (self-awareness). Mereka sangat rentan terhadap pendapat orang lain karena mereka menganggap bahwa orang lain sangat mengagumi atau selalu mengkritik mereka seperti mereka mengagumi atau mengkritik diri mereka sendiri. Anggapan itu membuat remaja sangat memperhatikan diri mereka dan citra yang direfleksikan (self-image).
Remaja yang diberi kesempatan untuk mempertangung-jawabkan perbuatan mereka, akan tumbuh menjadi orang dewasa yang lebih berhati-hati, lebih percaya-diri, dan mampu bertanggung-jawab. Rasa percaya diri dan rasa tanggung-jawab inilah yang sangat dibutuhkan sebagai dasar pembentukan jati-diri positif pada remaja. Kelak, ia akan tumbuh dengan penilaian positif pada diri sendiri dan rasa hormat pada orang lain dan lingkungan.
- Selain itu ada perubahan psikologis lain yang dialami pada masa pubertas, antar lain :
- Pada masa ini banyak tuntutan dan tekanan yang ditujukan pada remaja, misalnya mereka diharapkan untuk tidak lagi bertingkah seperti anak-anak,mereka harus lebih mandiri dan bertanggung jawab.
- Perubahan dalam hal yang menarik bagi dirinya dan hubungan dengan orang lain. Selama masa remaja banyak hal-hal yang menarik bagi dirinya dibawa dari masa kanak-kanak digantikan dengan hal menarik yang baru dan lebih matang.
- Perubahan nilai, dimana apa yang mereka anggap penting pada masa kanak-kanak menjadi kurang penting karena sudah mendekati dewasa.
- Kebanyakan remaja bersikap ambivalen dalam menghadapi perubahan yang terjadi. Disatu sisi mereka menginginkan kebebasan, tetapi di sisi lain mereka takut akan tanggung jawab yang menyertai kebebasan tersebut, serta meragukan kemampuan mereka sendiri untuk memikul tanggung jawab tersebut.
- Perkembangan intelegensi, sehingga remaja menjadi: mampu berpikir abstrak, senang mengkritik; ingin mengetahui hal-hal baru, sehingga muncul perilaku ingin coba-coba
Akibat perubahan pubertas pada sikap dan perilaku
- ingin menyendiri
- bosan
- antagonisme sosial (tidak mau bekerja sama)
- emosi yang meninggi
- hilangnya kepercayaan diri
- terlalu sederhana
Anak yang memasuki masa puber ini membutuhkan sejumlah kebutuhan sosial yang urgen, yaitu:
- Dihargai, sebab pada masa ini ia demikian perasa karena perubahan fisiknya yang cepat;
- Kemandirian dalam emosi dan materi serta mengambil keputusan;
- Butuh akan tempat berkeluh-kesah, sebab ia mulai untuk mandiri pada saat yang sama ia tidak menyandarkan diri pada orang tua dan keluarga;
- Butuh akan pengarah, sebab keinginan dan kebutuhannya terhalang dengan pengaturan dan sistemkemasyarakatan;
- Butuh akan penerimaan masyarakat dari sekolah, rumah, dan kawan;
- Butuh akan dukungan masyarakat.
Oleh karena itu, kedua orang tua diharapkan mau memahami kebutuhan anak gadisnya atau anak laki-lakinya yang memasuki masa puber ini sehingga mereka bisa berkembang secara sehat, terbebas dari masalah kejiwaan dan sosial.
Beberapa Ciri Remaja
Masa mencari identitas
Pada masa pencarian identitas, remaja umumnya memiliki gambaran ideal yang ingin dicapainya. Gambaran ideal ini dapat diproyeksikan pada tokoh-tokoh idola. Remaja ingin eksistensi dirinya sebagai seorang individu, dapat dirasakan oleh orang lain, sehingga ia seringkali menarik perhatian kepada dirinya sendiri, misalnya dengan ngobrol/tertawa keras-keras, naik motor beramai-ramai dan sebagainya.
Masa peralihan
Kadang-kadang remaja bersikap dewasa, tetapi beberapa saat kemudian tingkah lakunya kekanak-kanakan, walaupun fisik mereka sudah seperti orang dewasa.Menurut Dr. Campbell, secara emosional kebutuhan remaja sama dengan kebutuhan anak, yaitu ingin merasa dikasihi, diterima dan diperhatikan (Campbell, 1983, 9).
Ambang masa dewasa
Remaja tidak yakin akan kedewasaan mereka, sehingga mereka gelisah untuk memberi kesan bahwa mereka telah dewasa mereka meniru-niru penampilan orang dewasa, dan berkonsentrasi pada tingkah laku yang dihubungkan dengan status dewasa, seperti merokok dan lain-lain.
Masa perubahan
Sejalan dengan perubahan yang cepat pada fisiknya, sikap dan tingkah laku remaja juga mengalami perubahan. Seksualitas mereka mengalami kematangan, emosionalitas mereka meningkat, intelektual mengalami kemajuan, termasuk moralitas, perubahan nilai-nilai, dan juga perubahan minat serta peran sosial.
Masa pertentangan
Remaja mengalami banyak konflik emosional, yang menimbulkan kebingungan pada diri mereka sendiri maupun pada orang lain. Pada satu sisi mereka ingin melepaskan diri dari orang tua, tetapi pada sisi yang lain mereka merasa belum mampu berdiri sendiri, dan ingin memperoleh rasa aman di rumah. Sikap mereka tampaknya seperti ingin menjauhi/menentang orang dewasa, tetapi sebenarnya mereka masih ingin diperhatikan dan dibantu.
Masa kegelisahan
Emosi pada remaja meninggi, antara lain disebabkan oleh perubahan fisik dan hormonal; juga karena harus menyesuaikan diri dengan banyak hal yang baru. Emosi dan suasana hati mereka sering cepat berubah. Remaja juga mempunyai banyak keinginan, yang belum tentu dapat dipenuhi. Hal ini menimbulkan kegelisahan yang baru. Bila usia mereka sudah lebih dewasa dan lebih berpengalaman, mereka akan lebih stabil, dan dapat mengungkapkan emosinya dengan lebih matang
Masa yang tidak realistik
Remaja seringkali berpikir idealis, mereka mempunyai aspirasi yang tinggi akan diri sendiri, akan keluarga dan akan teman-temannya. Remaja juga seringkali berkhayal dan berfantasi. Semakin tinggi aspirasi remaja, maka mereka akan semakin kecewa dan marah, karena keinginan mereka tersebut tidak realistik. Bila mereka semakin besar, selaras dengan semakin luasnya pengalaman sosial dan pribadi mereka, maka mereka akan lebih realistik.
Masa mencoba dan menjelajah
Remaja sering mencoba hal-hal yang baru bagi mereka. Karena mereka melihat dunia ini dengan kacamata yang berbeda dari masa kanak-kanak, maka banyak hal baru yang mereka temukan. Akibat dari mencoba-coba ini tidak selalu baik, misalnya terlibat penyalahgunaan obat, menonton film porno dan sebagainya. Remaja juga ingin menyelidiki/menjelajah lingkungan yang lebih luas.
Aktifitas kelompok
Remaja lebih banyak bergaul dengan teman-teman sebaya, dan senang membentuk kelompok-kelompok. Remaja ingin diterima oleh kelompok sebayanya dan merasa takut bila mereka ditolak, sehingga mereka juga berusaha bertingkah laku sesuai dengan kelompoknya. Biasanya remaja juga memasuki kelompok yang sifat-sifat anggota dan nilai-nilai kelompoknya sesuai dengan ciri-ciri dirinya sendiri. Remaja menaruh banyak minat terhadap pergaulan dengan teman-teman lawan jenis.
Beberapa hal yang bisa dilakukan orang tua dan guru bersama anak pubertas :
- Mulailah menganggap anak remaja sebagai teman dan akuilah ia sebagai orang yang akan berangkat dewasa
- Mengertilah bahwa masa remaja untuk anak anda adalah masa yang sulit.
- Jangan terkejut jika anak anda bereksperimen dengan banyak hal. Berikanlah ruang pada mereka untuk mencoba berbagai peran yang cocok bagi masa depan mereka.
- Tetaplah tegas pada nilai yang anda anut walaupun anak remaja anda mungkin memiliki pendapat dan nilai yang berbeda.
- Jangan malu atau takut berbagi masa remaja anda sendiri. Biarkan mereka mendengar dan belajar apa yang mendasari perkembangan diri anda dari pengalaman anda.
- Kenali teman-teman anak remaja anda. Bertemanlah dengan mereka jika itu memungkinkan.
- Berikan kepercayaan dan tanggung jawab pada anak
- Ajaklah anak untuk membuat aturan bersama
- Tulis semua peraturan untuk anak, tanda tangani bersama dan tempel di tempat dimana bisa melihatnya setiap saat
- Lakukan evaluasi untuk tiap tindakan anak
- Reward dan hukuman haruslah seimbang dan sesuai dengan hasil usaha anak
- Hindari membentak, mengancam dan menceritakan kesalahan anak pada orang lain
- Memastikan anak mengisi waktu luang dengan hal-hal positif
- Mengenali pola pikir anak
- Beri nasihat anak dengan cara pendidikan, bukan dengan cara mengkritik atau menyerangnya atau mencacinya, dan jangan membanding-bandingkan anakmu dengan anak lain.
- Mengajak rekreasi bersama
- Kontrollah perilaku-perilaku negatif yang mungkin akan mengenai sang anak dengan tetap memberikan kebebasan yang baik kepadanya.
- Hargai perbedaan pendapat dan ajaklah berdiskusi secara terbuka. Nasihat yang berbentuk teguran atau yang berkesan menggurui akan tidak seefektif forum diskusi terbuka