Membangun Komunikasi dengan anak

Membangun Komunikasi dengan anak

Cara Membangun Komunikasi dengan Anak

Kunci tercapainya tujuan pendidikan anak di lingkungan keluarga adalah kelancaran komunikasi. Dan, dasar dari komunikasi antara orangtua dengan anak adalah komitmen dengan pasangan dan belajar membaca bahasa tubuh anak. Anak adalah cerminan dari orangtuanya. Apabila anak suka membangkang dan tak meladeni perintah orangtua, maka Anda patut untuk berkaca. Dalam artian, mengamati tingkah laku Anda.

Jika memang selama ini Anda kurang sabar, memberikan perintah kepada anak dengan cara marah-marah, meremehkan, membandingkan hingga bicara tanpa spasi, hasilnya anak menjadi pendiam, melawan, menentang dan sulit untuk diajak  kerjasama.Setelah menyadari kesalahan Anda, segeralah berkomunikasi dengan pasangan. Setelah memahami betapa pentingnya bekerjasama dengan pasangan dan belajar membaca bahasa tubuh anak,

Anda bisa menerapkan cara membangun komunikasi dengan anak berikut ini.

  1. Luangkan Waktu Terbaik Anda

Cara membangun komunikasi dengan anak yang pertama adalah meluangkan waktu terbaik. Dengan banyaknya kegiatan dan hal-hal yang perlu Anda pikirkan, membuat Anda merasa kelelahan seharian. Untuk membalas kelelahan itu Anda ingin istirahat. Baik suami maupun istri, hanya menyumbangkan sedikit waktu untuk anaknya di malam hari. Itu pun waktu sisa yang tak berenergi. Anda hanya memberikan perhatian sekenanya dan seperlunya.

Berdalih bahwa kerja dan bisnis pun adalah untuk masa depan anak menjadi alasan utama Anda. Seharusnya, mencari nafkah bukan berarti Anda tidak sempat menyediakan waktu terbaik untuk anak. Karena orangtua pasti tahu mana yang harus diprioritaskan.Jika memang suami dan istri harus sama-sama bekerja, hal terbaik yang bisa ditempuh adalah upaya untuk tetap semangat di depan anak dan menunjukkan antusiasme dalam merespon

  1. Dengarkan Suara Mereka!

Ya, cara membangun komunikasi dengan anak selanjutnya adalah mendengarkan.Waktu terbaik yang orangtua luangkan untuk mendengarkan anak-anak dengan antusias.Jika Anda mendengarkan mereka sekenanya saja, lebih baik untuk tidak memiliki anak.

Karena sikap cuek yang ditunjukkan orang tua bisa menumbuhsuburkan sikap acuh tak acuh atau rasa tidak peduli anak.“Untuk apa saya dengarkan orang lain, kalau suara saya tidak pernah didengarkan?” atau “Untuk apa saya berpendapat, toh pendapat ini tidak penting”

Kurang lebih seperti itu suara hati mereka yang terabaikan.

Hari berganti hari, bulan berganti bulan, dan tahun berganti tahun.Sikap tak peduli anak semakin subur.Hasilnya, dia pasif.Sikap antusias dan pikiran kritisnya akan mati.Mendengarkan aktif bisa menjadi solusi ketika anak mengalami masalah dengan perasaannya.Apakah anak sedang marah, sedih, kesal atau kecewa, mereka akan sulit untuk mengungkapkannya apabila orangtua tidak mendengarkan secara seksama.Ya, cara membangun komunikasi dengan anak yang kedua adalah dengarkan suara mereka dengan antusias!Seolah Anda menjadi bagian dari ceritanya.

  1. Mendorong Anak untuk Aktif Berkomunikasi

Sudah menerapkan cara pertama dan kedua?

Maka, akan lebih mudah untuk mendorongnya menjadi anak cerewet.Bukan cerewet yang negatif, seperti suka berceloteh di tengah pembicaraan orang dewasa.Melainkan, menjadi cerewet secara positif.

Misalnya, rasa ingin tahunya mendorong anak untuk lebih banyak bertanya.Jika anak belum bisa banyak bertanya, Anda bisa menstimulasi mereka dengan mencoba bertanya lebih dulu.Sibukkan mereka dengan menggali pendapatnya tentang lingkungan atau tempat-tempat yang kalian lewati.Tidak hanya mendorong anak untuk aktif bicara, Anda juga sedang mengajari mereka untuk berdiskusi.Bahwa keputusan atau pendapat anak itu harus didiskusikan lebih dulu dengan orangtua.

4. Hargailah Upaya Anak-anak Anda

Anak bukanlah orang dewasa mini.Mereka memiliki perspektif dan sikap tersendiri yang tidak bisa disamakan dengan orang dewasa.Jika ingin memberikan perintah atau penjelasan, berupaya lah untuk menyesuaikan dengan usia mereka.

Oleh karena itu, Anda harus senantiasa bersabar menghadapi anak-anak.

Ingat . .Mereka sedang berproses.Yang perlu Anda lakukan adalah memandang sikap anak-anak dari kacamata positif.

  1. Anak-anakku adalah Aku di Masa Lalu

Katakan seperti itu kepada diri Anda sendiri.Maka, Anda akan mengingat bagaimana masa kecil Anda dulu.Betapa Anda pernah bandel, melawan orang tua, usil dengan teman sekolah hingga berbohong kepada orangtua untuk pergi berpetualang ke luar kota.Dan, tingkah unik lain dimana Anda sendiri lebih paham.

Dengan mengingat masa kecil dulu, sekarang apakah Anda sadar bahwa anak hanyalah anak dengan segudang ulah unik yang ketika dewasa nanti masa-masa itu tidak akan terulang.