Positive parenting

Gerakan positive parenting berawal dari penelitian psikolog Austria, Alfred Adler, yang menyebutkan bahwa anak butuh untuk mendapat dukungan dari sekitarnya, dan ketika hal itu tidak dia dapatkan, maka anak-anak akan cenderung bertindak buruk.
Dari penelitian tersebut, seorang konselor asal Amerika, Dr Jane Nelsen menciptakan pengasuhan yang disebut positive discipline dimana anak yang berbuat kesalahan harus direspon dengan baik agar anak memiliki rasa hormat dan menggunakan kemampuan mereka dengan cara konstruktif.
Pola asuh positive parenting dapat membantu orang tua menerapkan disiplin efektif tanpa kehilangan momen menyenangkan bersama anak. “Pola asuh ini menekankan pasa sesuatu yang positif. Tidak ada kalimat negatif atau menyalahkan anak seperti “gitu saja enggak bisa”, atau “yang lain bisa kenapa kamu enggak bisa. “Pola asuh ini melihat sisi positif anak, kemudian anak memiliki kesempatan bersuara
Inti dari positive parenting
Positive parenting merupakan salah satu pola pengasuhan yang dilakukan orang tua dengan cara yang suportif, konstruktif dan membangun bagi anak. Beberapa inti dari positive parenting, antara lain:
1. Tetapkan aturan dasar yang jelas dan saling menghormati
Salah satu inti dari positive parenting adalah menanamkan rasa hormat antara orang tua dan anak. Ketika membuat peraturan, orang tua juga perlu memerhatikan kebutuhan anak, demikian juga bahwa anak perlu menghargai aturan tersebut sebagai bagian dari aturan dalam keluarga. Beberapa aturan tesebut misalnya waktu tidur malam adalah pukul 9 malam, ucapkan ‘tolong’ dan ‘terima kasih’ saat dibutuhkan.
2. Cari tahu perasaan anak
Perlu bagi orang tua untuk mengetahui perasaan anak meskipun anak kadang tidak mengatakannya. Misalnya ketika anak berperilaku buruk, atau sedih, Anda bisa menemani anak dengan memberinya pelukan atau mengajaknya bicara.
3. Fokus pada solusi
Ketika anak menghadapi masa sulit atau merasa kesal karena situasi tertentu, dampingi anak dan coba tenangkan perasaannya. Ajari anak untuk tidak memukul orang lain ketika kesal atau tidak mengambil mainan anak yang telah menyakitinya. Latih anak untuk mengungkapkan perasaannya dengan kata-kata, sehingga ia bisa menegur temannya dan bernegosiasi pada situasi yang terjadi.
4. Beri rangsangan yang baik
Anak yang baik dapat terbentuk dari lingkungan yang baik. Selalu berikan rangsangan untuk membentuk karakter positif anak dengan menciptakan lingkungan yang suportif. Selalu beri pujian pada anak ketika ia berhasil dan beri dukungan pada anak ketika ia menghadapi kegagalan.
Pola pengasuhan ini lebih membantu anak dengan menerapkan disiplin efektif dan interaksi yang menyenangkan. Bagaimana caranya?
- Memberikan contoh. Orang tua akan menjadi model yang baik dan mengajari dengan teladan. Dengan begitu, diharapkan si kecil akan mengikuti hal positif yang diberikan orang tuanya. Menjadi role model yang baik bagi Si Kecil. Beri ia contoh yang nyata dengan melakukan tindakan teladan itu sendiri.
- Kenali perkembangan fisik, psikis, emosi, dan sosialnya untuk memahami tumbuh kembangnya. Mengenali perkembangan anak. Tentunya, perkembangan anak zaman dulu dan sekarang berbeda. Untuk itulah, orang tua terus belajar melihat dan mengikuti perkembangan zaman tersebut. Orang tua juga diharap fokus pada perilaku positif anak.
- Meluangkan waktu berkualitas dengan Si Kecil. Secara rutin, sediakan waktu khusus untuk bermain atau beraktivitas dengan anak. Meluangkan waktu berkualitas dengan rutin. Orang tua perlu meluangkan waktu untuk bermain dan belajar bersama-sama dengan anak.
- Fokus pada tingkah laku positif, memberi dukungan dan menunjukkan penghargaan Setiap yang dilakukan oleh si kecil, beri dukungan dan tunjukkan penghargaan padanya
- Mengajarkan pentingnya konsekuensi. Penting bagi Si Kecil untuk memahami konsekuensi dari tindakannya, asalkan masih dalam batas aman. Pastikan juga konsekuensi ini bisa dimengerti olehnya untuk pembelajaran
- Cara selanjutnya adalah melakukan diskusi dan negoisasi dengan anak. Lakukan diskusi dan negosiasi dengan anak. Ajak anak untuk belajar mengatur waktunya dan tidak memaksa memberikan les tambahan bila anak tidak suka.
- Tanamkan nilai-nilai positif. Sebagai orang tua, penting untuk selalu menanamkan nilai positif kepada sang anak dan ini akan membuat anak lebih percaya diri.
- Ciptakan komunikasi efektif dengan cara lakukan observasi, refleksikan pengalaman, empati, dan berikan pilihan, bukan sekedar memerintah. Menciptakan komunikasi yang efektif. Ajarkan ia untuk menghargai pendapat, bekerja sama dengan mencari solusi bersama jika menemui kesulitan. Berkomunikasilah dengan baik, sampaikan pesan dengan jelas, tapi juga dengarkan dengan hati jika Si Kecil memiliki pendapat.
- Memberikan ruang kepada anak untuk tumbuh. Salah satu caranya adalah biarkan anak melakukan kesalahan supaya mereka mengerti bagaimana cara memperbaikinya. Selain itu, jika anak melakukan kesalahan, ada baiknya untuk tidak dimarahi.
- Berikan cinta tanpa syarat. “Kita perlu memahami kalau anak memiliki keunggulan dan kekurangan masing-masing,”
Cintai mereka termasuk kekurangan mereka. Berikan dorongan, semangat, dan kasih sayang untuk anak. Ini bisa membuat potensinya berkembang dan menerima kekurangan yang dimiliki.
Berkomunikasi secara efektif pada anak
1. Konsisten
2. Memberikan rasa aman
3. Lakukan teknik dasar :
- sejajarkan posisi tubuh anda dengan anak
- tatap matanya dengan lembut
- usap perut atau punggungnya jia ia marah, peluk jika ia menangis
- ungkapkan ketegasan anda dengan nada suara yang lembut
- ulangi kata-katanya agar ia tahu bahwa anda benar-benar mendengarkannya
- jangan menyela. Beri isyarat saat anda mengerti, sehingga saat
- giliran anda berbicara ia akan mendengarkan anda.
- Tetaplah tenang meskipun anda sedang marah.
Langkah-langkah Dalam Mendisiplinkan Anak
-
Berbicaralah dengan suara yang normal dan lakukan kontak mata. Jangan berteriak, atau mengomel pada anak
-
Beritahu pada anak bahwa anda sedang serius, tatap langsung mata anak. Jika belum berhasil dekati anak, tetap tenang
-
Apabila hal tersebut tidak berjalan semestinya : terapkan aturan, jelaskan konsekuensi dari apa yang mereka lakukan.
-
Apabila anak berteriak, marah jangan merespon dengan hal yang sama.
-
Amati anak, ketahui apa yang mereka rasakan
-
Berikan anak reward saat mereka berperilaku baik.
-
Hadiah tidak selalu materi bisa berupa pujian : kamu pintar, anak sholeh, mengajak anak bermain bersama dll